Kerjasama: Desa Budaya Banjarharjo "Seni Topeng Ireng"


Topeng Ireng

Kesenian Dayakan atau Topeng Ireng banyak berkembang di tengah masyarakat pedesaan, pada masa 1960 an umat Islam apabila membangun Masjid atau Mushola sering memasang Mustaka atau Kuba’, sebelum Mustaka tersebut dipasang dikirab dulu keliling desa, kirab tersebut diikuti oleh masyarakat Islam di sekitar masjid dengan didahului kesenian Lutungan yang diiringi dengan tetabuhan rebana dan diiringi lagu puji-pujian, antara kesenian Lutungan, iringan rebana dan syair puji-pujian tersebut terbentuklah kesenian Dayakan, kesenian ini gerakannya ada unsur keJawaan tata rias keIndian-indianan, irah-irahan keIndian-indianan sedang busana bagian bawah adalah pakaian adat Kalimantan atau suku Dayak, maka kesenian ini dinamakan Dayakan.

Pada tahun 1995 kata-kata Dayakan dikhawatirkan mengandung unsur SARA, maka kesenian tersebut diubah manjadi kesenian Topeng Ireng atau Topeng Hitam, tetapi sejak tahun 2005 nama Dayakan dipopulerkan lagi. Kesenian ini diilhami oleh film-film Indian seperti nampak pada jenis busana dan tata riasnya sedang tata busana bagian bawah terpengaruh oleh tata busana Dayak, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. [desabudaya.indonetwork.co.id/]

Topeng Ireng Meriahkan Pembukaan FSI 2008


(Sleman, 15/07/08) Festival Seni Internasional 2008 yang akan berlangsung pada tanggal 15 – 19 Juli mendatang secara resmi telah dibuka oleh Mendiknas Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. Upacara pembukaan yang berlangsung di lapangan halaman PPPPTK Seni Budaya tersebut dimulai sekitar pukul 15.00. Setengah jam sebelum upacara dimulai dimeriahkan dengan penampilan Kesenian Grasak dari Magelang. Para pengunjung nampak cukup terkesima dengan atraksi kesenian yang ditampilkan. Hal ini terlihat banyaknya pengunjung yang berjubel yang sudah mulai memadati lapangan sejak lepas duhur. Ketika acara kesenian digelar tidak sedikit pengunjung dan insan pers mengabadikan momen tersebut melalui kamera yang mereka bawa.
Kesenian Grasak merupakan bentuk kesenian kolosal yang melibatkan banyak penari yang hidup dan berkembang di daerah Magelang. Kata Grasak diambil dari istilah pedalangan yang berarti tokoh yang berwatak kasar, kejam dan bengis yang merupakan simbol keangkaramurkaan manusia. Sajian seni Grasak menggambarkan pasukan raksasa yang sedang latihan perang dan dipimpin oleh raksasa cakil. Gerak tariannya bersifat dinamis dan atraktif dengan mengambil pola yang berbasis pada seni kerakyatan.

Setelah kesenian Grasak usai tampil, rombongan mendiknas datang. Kedatangan Mendiknas Bambang Sudibyo yang hadir didampingi istrinya disambut dengan tarian Topeng Ireng yang juga ditarikan oleh para penari dari Magelang. Tari Topeng Ireng merupakan bentuk kesenian kreasi baru, namun masih berbasis pada seni kerakyatan seperti halnya Grasak. Meskipun Topeng Ireng berkembang di daerah Magelang namun ternyata kemunculan tarian tersebut banyak diilhami oleh bentuk kesenian yang berada pada suku Dayak di Kalimantan. Hal ini nampak jelas terlihat pada motif dan bentuk kostum yang dikenakan, tabuhan musik, dan bentuk gerakan tarinya. (***)[www.pppgkes.com]

Kisah Awal Mula Topeng Ireng



SLEMAN – Kesenian ini mengambarkan tentang kehidupan orang-orang pedalaman dengan tradisi hidup dengan alam. Gerakan dari berbasic pada kesenian kobro siswo yang terdiri dari tujuh adegan salah satunya dayakkan yang diadopsi dari kehidupan orang Kalimantan pedalaman.

Kelompok kesenian topeng ireng dusun Petung sendiri memeiliki 200 orang anggota yang bermata pencaharian tetap sebagai pedagang, petani, peternak dengan inkam yang tidak pasti. Kesenian ini telah melakukan pentas di seluruh Pulau Jawa.

Sekali pentas minimal 20 orang anggota yang kami sertakan, jika menampilkan sebuah kolosal maka bisa sampai 40 orang, hasil dana yang masuk langsung masuk kas kelompok untuk menutupi semua biaya operasional, jika ada kelebihannya baru dibagikan ke semua anggota kelompok” tutur Herman Widi (32) koordinator kesenian topeng ireng dusun Petung, Pakis, Magelang saat di temui N-news di Festival Seni Internasional.

Rasa kecintaan serta semangat para anggotalah yang telah melestarikan kesenian topeng ireng. danar wulandari [nasarinews.com]


Topeng Ireng For Mega Jateng Expo


TEMANGGUNG - Kabupaten Temanggung akan mengirimkan kesenian tradisional pada kegiatan Mega Jateng Expo yang digelar Agustus 2008 ini di Semarang. Kali ini, kesenian topeng ireng Cipto Manunggal dari Kecamatan Pringsurat, yang akan tampil di arena tersebut. Jenis seni tari ini merupakan perpaduan antara tari dayakan dan kubro siswo.

"Grup seni topeng ireng Cipto Manunggal yang akan dikirim tersebut berkekuatan 35 personel, terdiri atas 22 penari dan 13 pemain alat musik pengiring, seperti gamelan, terbang rontong, bende, kendang serta para vokalisnya," kata Kabid Pengembangan Produk Atraksi Budaya, Dinas Perhubungan dan Pariwisata (Dishubpar), Didik Nuryanto, kemarin.

Ada sejumlah pertimbangan sehingga mengirim kesenian topeng irang, untuk mewakili Kabupaten Temanggung dalam kegiatan expo tersebut. Salah satunya, karena kesenian tersebut dinilai merupakan jenis seni yang menampilkan gerakan-gerakan energik, dinamis, dan ekspresif.

Dengan diiringi oleh musik ritmis, tari-tarian yang ditempilkannya tersebut dapat tersaji secara atraktif. "Alunan nada bernuansa lagu-lagu agamis, menyatu dengan gerak dan teriakan-teriakan penari, membuat pertunjukan kesenian ini penuh dengan kedinamisan dan religiusitas," tuturnya.

Topeng ireng sebetulnya merupakan metamorfosa dari kesenian tradisional kubro siswo. Namun demikian, agar lebih diminati kaum muda, pengembangan unsur-unsur artistk yang ada dikreasikan dan dikemas, serta disesuaikan dengan tuntutan kualitas garapan koreografo seni pertunjukan yang inovatif. "Sehingga, seni topeng ireng memiliki daya tarik tersendiri," ujarnya.

Pengiriman grup kesenian dari Kabupaten Temanggung juga dilakukan dalam Parade Seni Tradisional dalam rangka HUT Provinsi Jateng 2008, pada 16 Agustus mendatang. Parade yang pelaksanaannya dimulai dari kantor Polda Jateng dan berakhir di kawasan simpang lima Semarang tersebut, juga dilombakan dan dinilai oleh dewan juri.Grup seni topeng rimba dari Pandesari Baru, Parakan Wetan yang akan dikirim. "Di depan panggung kehormatan yang berlokasi di kantor Gubernuran, mereka akan menampilkan tari-tarian selama sekitar 3 menit. Jumlah personil anggota grup seni toprng rimba yang akan ditampilkan itu sebanyak 75 orang," tandasnya. (dem)/Radar Jogja

Topeng Ireng, Mengenal Dunia Dari Seni Tradisional

Festival tari tradisonal Topeng Ireng memberi ruang bagi anak-anak Kota Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah untuk belajar apresiasi seni dan mengenal tradisi budaya masyarakat.

"Gelaran ini memberikan ruang bagi anak-anak terutama di kota ini untuk mengenal dan berapresiasi tentang tradisi budaya, terutama seni tari Topeng Ireng," kata pengajar Seni Tari Universitas Negeri Yogyakarta, Wenti Nuryani, di Magelang, Sabtu.

Festival Topeng Ireng yang diikuti puluhan grup kesenian rakyat itu berasal dari Muntilan, Borobudur, Mungkid, Dukun, dan Salaman. Festival ini akan berlangsung hingga Kamis (23/8).

Gelaran itu swadaya masyarakat Dusun Tambakan, Desa Sedayu, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang sekaligus memeriahkan HUT ke-62 RI di kawasan tersebut.

Ia mengemukakan, akhir-akhir ini tarian Topeng Ireng berkembang di beberapa tempat di Kabupaten Magelang.

Mengenai asal-usul tarian itu, ia mengatakan, hingga saat ini belum diketahui tetapi para penarinya mengenakan pakaian mirip orang Indian di Amerika dengan kedua kaki dipasangi puluhan "kelinthing", sedangkan tarian diiringi tabuhan gamelan.

"Tarian ini sedang mendapat tempat di hati masyarakat dan akhir-akhir ini perkembangannya di Magelang luar biasa. Kostumnya yang ala Indian mungkin menjadi daya tarik tersendiri," kata Wenti yang juga seniman Padepokan Tjipto Boedojo Tutup Ngisor, lereng Gunung Merapi, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang itu.

Ia menjelaskan, tarian itu sejenis Kubro Siswo dan Badui, tarian tradisional yang berkembang terutama di kawasan gunung-gunung di Magelang.

Gerakan tari Topeng Ireng, katanya, menggambarkan masyarakat desa dan gunung-gunung di Kabupaten Magelang melakukan olah fisik setiap hari."Belum diketahui sejarahnya tetapi gerakan tariannya menggambarkan olah fisik orang-orang desa dan gunung-gunung, dengan iringan gamelan rampak," katanya.

Ketua Panitia Festival Topeng Ireng, Sarjono, mengatakan, setiap hari dua grup mementaskan tarian itu di panggung terbuka di halaman rumah warga Muntilan, Bintarto. Sejumlah grup tari Topeng Ireng yang mengikuti festival tersebut adalah "Sinar Mudo" (Wonoboyo, Muntilan), "Putra Rimba" (Ngadiwinatan, Borobudur), "Caping Ireng" (Pabelan II, Mungkid), "Santri Mudo" (Pasar Soko Talun, Dukun).

Selain itu, katanya, grup "Lowo Ireng" (Sidomulyo, Salaman), "Seto Aji Kumitir" (Kepil, Dukun), "Satrio Mudo" (Gupit, Borobudur), "Gagak Ngampar" (Bandung Paten, Dukun), "Topeng Krido" (Pabelan IV, Mungkid), "Topeng Seto" (Cakran, Borobudur), "Anak Rimba" (Srigetan, Borobudur), dan "Topeng Purba" (Kurahan, Borobudur).

Suasana di kampung tempat festival tersebut terlihat semarak antara lain ditandai seni instalasi penjor dan gapura dari bahan anyaman jerami, serta pemasangan sejumlah patung Topeng Ireng di beberapa tempat.

SEJARAH DAYAKAN...


Seni kebudayaan dayaan/topeng ireng mengisahkan tentang perjuangan seorang pertapa untuk membuka lahan hutan untuk dijadikan sebagai tempat pemukiman, dimana dihutan tersebut terdapat manusia rimba. Seorang pertapa tersebut melawan para manusia rimba dan mengajari mereka untuk hidup sebagai manusia biasa, mengajak mereka membuka hutan, membuka lahan pertanian, dan mengajari seni bela diri... untuk kisah serunya silakan tonton pementasan seni budaya Topeng Ireng Putra Kawedar. Contac person Seni Budaya Topeng Ireng Putra Kawedar, Bisa call di 085729003465.. atas nama Romadhon, atau silakan datang di Sadeng, Ds. Bateh, Kec. Candimulyo, Kab. Magelang, Prop. Jawa Tengah./[dhonyz]
Suport By Ramadhan